Pages

Banner 468 x 60px

 

Jumat, 26 Oktober 2018

Cerita Pendek (CERPEN) Tentang Bulan Suci RAMADHAN

0 komentar

Misteri Bulan Suci


Malam ini hujan turun dengan derasnya dan dingin menyelimuti rumah kumuh, di dalam nya terdapat laki-laki paruh baya sebut saja namanya Maliki nama yang tersohor di desanya, bukan karena keistimewaannya dia menjadi begitu akan tetapi dia tersohor oleh kehidupanya yang serba kekurangan. Tak ada istri yang menemaninya saat sakit dan merawatnya saat jiwa terkubur. Akan tetapi setiap sesuatu pastilah mempunyai kelebihan begitu pula dengan dia ketabahan dan kesabaran   adalah salah satu kelebihan nya yang di karuniakan tuhan padanya. Maliki tetap bertahan meskipun dalam keadan yang di rasakanya saat ini.
“Aslan” begitulah panggilan akrabnya Aslan Musyaffa’ dialah yang menemani dan mengisi hari-hari Maliki. Kejadian dua tahun silam masih menyisakan rasa pedih yang mendalam bagi Maliki. Mengapa tidak, saat itu mobil yang melaju cepat dan si pengemudi dalam keadaan mabuk, merengut  nyawa istrinya Ungtunglah sang anak tidak ikut pada waktu itu kalaulah itu terjadi tak tau lagi nasib yang di terima Maliki sampai saat ini.
Rasa sedih terus saja menghantui laki-laki paruh baya tersebut, berkali-kali dia mencoba kejadian itu, tapi apalah daya bila tuhan berkehendak manusia tidak bisa berkutik sedikitpun, saat ini Maliki tidak bisa apa-apa kecuali ikhlas  dan berserah diri sepenuh nya kepada sang Maha Kuasa.
“Andai saja ibumu masih ada nak, pasti ramadhan kali ini akan pasti lebih indah” Maliki menatap anak nya yang sedang tidur di atasa tikar itu dengan penuh  rasa iba, hingga tak kuasa air mata tak bisa lagi di bendung nya.
03:00 jam beeker berbunyi memcahkan keheningan malam itu hingga Maliki bangun untuk mempersiapkan makan sahur untuk anak semata wayang nya dan dirinya sndiri.
“Lan, ayo sahur nak ! “
“Sahurnya makan apa pak ?”
“Ubi rebus nak”
“Itu lagi kapan kita makan nasi pak ? “
“Nanti kalau bapak ada uang lebih kita beli beras yaa”
“Hmmm” guman Aslan
Jiwa sederhana yang tertanam kuat pada anak nya sejak dini tidak membuat aslan berontak, hal seperti ini sudah biasa dan tidak masalah lagi bagi dirinya.
Matahari mulai tampak di ufuk timur, saatnya bagi Maliki untuk mengais rezeki di atas tumpukan sampah di ujung perkampungan sana. Maliki menyisiri jalan yang rusak dan becek, di tangan kirinya karung usang yang sedari tadi di bawanya ke tempatnya mengumpulkan kaleng dan semacam nya.
Matahari mulai meninggi rupanya, sedari tadi Mailiki berada di tempat tersebut, memang karung miliknya tidak terisi penuh,namun haus mulai menghampirinya dia enggan melanjutkan aktifitas yang hamper menguras seluruh tenaganya kemudian dia memilih untuk kembali saja kerumah dan beristirahat disana.
Di separuh perjalanan penglihatannya tertuju pada rumah mewah dan di depan nya terdapat pakaian tergantung di jemuran, Maliki teringat permintaan Aslan anak nya yang saat itu minta di belikan baju koko untuk di pakai nanti pada Hari Raya.
“ maaf aku terpaksa melakukan ini” sebuaah baju koko lengkap dengan celananya tepat berada di tangan nya untuk dia bawa pulang.
“assalamualaikum”
“wa alaikumsalam kok cepet pulang nya pak, biasanya masih nanti sore?”
“iya, bapak gak kuat lagi, panasnya menyengat, caba tebak apa yang bapak bawa?”
“wahh baju koko, dapat di mana pak?”
“udah gak usah di fikirin bapak dapat dari mana,yang penting  itu di pake aja nanti lebaran”
“iyaa” Maliki tersenyum melihat anak nya kegirangan dengan baju yang di bawanya itu.
Air mulai mengalir ke seluruh badan seperti halnya menghilangkan beban selama hari ini yang begtu melelahkan,tujuan dia setelah ini adalah menunaikan kewjiban sekaligus kebutuhan nya sebagai hamba Allah yang maha kuasa.
“Allahu akbar Allahu akbar” suara adzan terdengar dari seluruh penjuru menandakan waktu buka pausa telah tiba, sehabis sholat dzuhur tadi Maliki sempat terlelap hingga hamper saja dia  terlewat sholat ashar untunglah sang anak membangunkan karena banyak  tetangga yang memberi  shodaqoh berupa nasi lengkap dengan lauknya menggingat besok adalah hari raya.
“Alhamdulillah” ucap mereka setelah menghabiskan semua makanan di depan mereka, sebagian di simpan untuk di makan besok. Malam mereka berdua di habiskan dengan bertakbir bersama semua warga kampung.
Pagi hari yang cerah, hari kemenangan bagi umat islam telah tiba semua merasa bahagia menyambut hari tersebut setelah sebulan penuh menahan lapar, dahaga, nafsu jahat, dan segala yang mebatalkan puasa Ramadhan, tak terkecuali Maliki dan juga Aslan mereka sangat antusias menyambut hari kemenangan ini.
“Bajunya cocok buat aku ya pak, emang berapa harganya yaa?” tanyanya
Maliki terdia tak ada seutas kata yang terlontar dari mulutnya, kaku seakan ada yang mengunci mulutnya, kemudian Maliki beranjak pergi meninggalkan Aslan, Aslan yang ada di belakang nya dengan menatapnya dengan penuh keheranan “bapak terpaksa melakukan itu nak” suaranya lirih.

Sumenep,26 Oktober 2018

Instagram : @lim_shofil80
Facebook : Lim Shofil








0 komentar:

Posting Komentar

 
Lim Shofil © 2018